Sporty Magazine official website | Members area : Register | Sign in

Jalan Hidup

Sabtu, 03 Januari 2009

Akhirnya, aku diizinkan melanjutkan sekolah ditingkatan SMA di sebuah kota kecil dan akan mencoba untuk mendaftar di sebuah sekolah unggulan di kota itu. Tapi sebetulnya hatiku merasa was-was, karena akan terlalu banyak kisah yang akan ia lalui tanpa keluarga di sampingku yang siap memberi spirit ketika aku terjatuh dan tertindas oleh kekejaman dan kekerasan kota.

Tak terasa waktu untuk tes masuk telah berlangsung. Aku mengkerjakan saja soalnya semampuku, sampai saat pengumuman Alhamdulillah aku lulus pada urutan lumayan memuaskan, disinilah awal cerita bermula.

Hari pertama memasuki masa oreintasi siswa baru (mos), aku datang lebih awal bersama seorang teman. Sambil menunggu yang lain datang kami memutuskan untuk duduk di taman, tak lama berselang kami duduk melintas sesorang gadis berjilbab, wajahnya cantik. Seketika itu syarif berkata “pacarin tuh”. “katanya! dia punya kakak panitia mos!” aku membalas. “tapi emangnya mau pacaran dengan kakaknya?”balas syarif. Tak terasa panitia mulai berdatangan dan memulai membacakan pembagian kelompok masing-masing. Ternyata aku berada sekelompok dengan gadis itu walaupun aku belum tahu siapa dia.

Seminggu mos berlangsung, ku lalui dengan ceria dengan memperhatikan gerak-gerik gadis itu. Setelah mos berakhir tiba saatnya pembagian kelas yang akan dilalui selama setahun. Tak pernah terpikir oleh ku. Ternyata aku berada sekelas dengan gadis berjilbab itu. Sekarang aku tahu siapa namanya, Nia namanya.

Tiba pada saat hatiku tak tertahan lagi kucoba mendekati temannya, temannya itu memberikan aba-aba lampu hijau artinya ada peluang bagiku.
Terus kulakukan pendekatan sampai aku memiliki keberanian untuk menyatakan kepadanya namun ia menganggap itu hanya bercanda. Dan mulai hari itu ia tak pernah mengeluarkan kata untuk menyapaku lagi.

Di sekolah itu banyak organisasi ekstra seperti sispala, pramuka, remaja mushollah dan lainnya. Kebetulan lagi aku dan dia ikut bersama dalam organisasi yang sama. Pengkaderan organisasi berlangsung selama tiga hari di situ peserta di bekali berbagai pengetahuan agama. Setelah sampai pada materi problematika remaja, disitu dipaparkan perilaku menyimpang remaja. Salah satu dari perilaku meyimpang itu adalah pacaran. kata pemateri “tidak ada pembenaran yang mendukung tentang masalah pacaran!”.

Hati berkata “tak mungkin ada lagi istilah pacaran”. Itulah titah yang selalu aku ingat ketika rasa mencintai gadis itu muncul dan menggugah rasa untuk memilikinya.

Sampai akhirnya penaikan kelas, aku berada sekelas lagi dengan dia. Hari-hari berlalu tanpa ada komunikasi saat aku kelas dua aku memutuskan untuk keluar dari sistem organisasi tadi. Kehidupan ku mulai kacau sekarang teman bergaulku bukan lagi aktivis tetapi preman sekolah. Aku mulai keluar malam tetapi Alhamdulillah tidak pernah merasakan apa yang diharamkan oleh agama, bahkan rokok aku tidak menjamahnya.

Sekarang aku mencoba mencari pengganti Nia, kutemukan gadis yang seanggun dirinya dan dia berbeda dengan Nia, namanya Nanda ia lebih membuka peluang untuk masuk kedalam hari-harinya. Semua ini kulalui namun jiwaku terasa kosong. Setelah itu aku mencoba untuk bergabung lagi dengan organisasi itu kembali namun ketika ada niat terkadang terbersit didalam hatiku “apakah mereka akan menerimaku kembali”. Sampai kejadian itu berulang-ulang sampai setengah tahun.

Kata teman-teman aku futur, walau saat itu aku tak mengerti arti futur aku tetap merasa tersinggung. Sampai pada suatu ketika ada seorang yang mencoba untuk memberi motivasi kepadaku untuk ikut kembali kedalam jamaah. Menurut ia pasti ketika kita meninggalkan jamaah jiwa kita akan terasa kosong dan kering, dan memang itu yang kurasakan, seandainya aku sangat bersyukur kepada Allah karena masih memberikan utusan kepadaku untuk memberikan peringatan kepadaku waluapun sikapku yang selalu menghindari dan menolak. Namun didalam hati sebenarnya aku sangat tersiksa karena itu semua dan sikap egoisku yang tertalu besar.

Kemudian aku mencoba melawan rasa egois dan rasa malu kepada teman-temanku. Hingga suatu malam kucoba datang untuk mengikuti pengajian rutin yang diadakan oleh remaja mushollah yang namanya Tarbiyah, kenyataannya semua prasangka ku selama ini salah besar karena anggapan saya teman-teman tidak akan menerima saya kembali namun semua menyambutku dengan baik tanpa mengungkit apa yang telah aku lakukan.

Waktu berjalan aku sudah kelas tiga SMA, tidak lama lagi aku akan meninggalkan masa SMA namun sebelum itu kucoba merajut kembali persahabatan yang sempat terputus selama setengah tahun hanya karena persoalan sepele yang aku besar-besarkan. Aku sadar itu adalah akibat egois yang terlalu berlebihan. Namun sahabatku yang satu ini sangat pengertian namanya aan dialah pemberi motivasi terbesar dalam proses pembelajaran di sekolah.

Namun tak dapat kupungkiri terkadang muncul rasa ingin menyapa Nia namun aku terlalu takut untuk memulai dan aku tak punya bahan yang akan aku bicarakan dengan dia. Tak pernah terjalin komunikasi, tapi sebagai seorang laki-laki yang pernah dihinggapi rasa ingin memiliki pasti masih tersimpan rasa itu walaupun sedikit.

Ujian telah berlangsung, aku tak tahu lulus atau tidak tapi telah kuputuskan untuk berpindah kekota lain untuk mencari kerja. Sebelum aku mengetahui kota itu aku diantar kesana-kemari oleh kakak, namun kali pertama aku menginjakkan kaki di kota itu bersama kakakku aku tersesat seorang diri karena arah jalan kami berlawanan aku kearah utara ia keselatan.

Selanjutnya hari pertama aku masuk kerja disebuah rental komputer tempat sepupuku bekerja, hari-hari terlewati tanpa kenangan atau hubungan dengan teman sekolah yang saat itu telah mendaftar untuk SPMB. Tidak seperti aku yang hanya mendaftar untuk seleksi masuk STAN, walaupun aku tidak lulus aku bangga telah ikut ujian dengan hasil pikiranku sendiri.

Setelah berjalan seminggu aku sakit jadi harus kembali ke orang tua untuk berobat, seminggu berjalan aku mendapatkan gaji pertama. Gaji itu aku gunakan untuk membeli sebuah buku yang berjudul “biar kuncupnya mekar jadi bunga” selain itu aku beli pakaian dan aku beli hand phone juga yang akhirnya memberikan kebaikan dan juga memberikan terlalu banyak keburukan kepadaku.

Setelah kembali semua teman-teman se-SMA berkumpul di sekolah untuk menerima STTB dan embel-embel lainnya akupun ikut disitu. Pada hari itu kulihat dia lagi namun aku mencoba untuk menghindar dan melihatnya dengan sinis karena aku takut rasa itu akan muncul lagi, disitu juga kami saling bertukaran nomor hand phone kecuali nomor orang yang pernah memunculkan rasa suka di hatiku.

Setelah itu semuanya kembali ke kota tujuan masing-masing aku pun kembali untuk bekerja karena hampir seminggu aku tidak masuk kerja. Setelah di kota itu aku seperti biasa masuk pagi dan keluar pada malam hari.

Hari ahad kedua aku tak masuk kerja aku hanya berkunjung ke kos seorang teman yang lulus di fakultas kedokteran universitas terkemuka, namun ia menyuruhku untuk mengunjungi teman yang lain yang letak kosnya berada satu blok dengannya. Disitu teman ini memberiku motivasi untuk melanjutkan usahaku yang dulu. Dan ia juga memberikan nomor hand phone milik Nia, akupun menerima nomor itu.

Mulai saat itu aku mencoba untuk menghubunginya lagi, kali pertama aku menghubunginya menurutku masih ada harapan yang sangat besar untuk memilikinya. Terjadi percakapan yang sangat singkat karena aku merasa takut untuk berbicara banyak kepadanya. Saat itu bulan ramadhan dan iapun biasa membangunkanku untuk sahur atas permintaanku.

Hubungan ini terjadi sekitar empat bulan, selama itu pula aku tidak tarbiyah lagi karena aku buta dengan jalan-jalan di kota itu, terlebih lagi rekomendasi yang diberikan oleh murobbi terlalu jauh dan menjengkelkan karena ketika aku datang hanya diajak untuk ngobrol tak tahu apa tujuannya. Hari-hari selanjutnya aku tak pernah datang. Tidak ada lagi benteng yang bisa memberikan kekuatan untukku untuk tidak melakukan hal itu.

Saat itu aku sadar bahwa apa yang aku lakukan adalah salah besar dan melanggar titah yang diajarkan dalam proses tarbiyah namun karena lingkungan juga yang mempengaruhi untuk menikmati hal-hal demikian walaupun sudah jelas itu sudah bermaksiat kepada Allah.

Akhirnya akupun berhenti bekerja karena aku sakit lagi sehingga orang tua melarang untuk bekerja lagi dan kembali kekota pertama dan hubungan itu masih terjalin, ia pun kembali kekota pertama setengah tahun aku tak melakukan apa-apa. Menunggu sampai terbuka penerimaan mahasiswa baru karena rencana aku akan kuliah. Lain halnya dengan Nia, ia malah bekerja katanya untuk cari pengalaman.

Sampai penerimaan mahasiswa baru aku mendaftar di kota pertama dan ia cuti dan kembali kekota kedua untuk SPMB dan tes Ujian STAN, tetapi ia belum lulus lalu kembali kekota pertama melanjutkan kerjanya dan aku telah kuliah di sebuah perguruan tinggi negeri di kota pertama.

Kulewati hari-hari dengan penuh harapan untuk tetap bersua dengan dirinya. Berjalan beberapa bulan aku kuliah dan menghubunginya dengan percakapan ringan tidak pernah membahas masalah pribadi apalagi masalah cinta. Semua berjalan tanpa ada masalah dan tanpa diketahui oleh orang lain yang bisa mengancam hubungan ini.

Dan sampai pada suatu hari aku mengirim sms kepada seorang teman gadis itu menanyakan kapan tanggal lahir gadis itu karena setahuku ia lahir bulan November namun aku tak tak tahu kapan tanggalnya dengan dalih akan memberikan sesuatu yang bisa dijadikan kenangan.

Tapi harapan dan kenyataan tak sesuai temannya membalas sms ku dengan tanggal lahirnya namun di tambahkan kata-kata yang sangat menusuk hatiku karena berisi tentang seseorang yang juga menyukainya, menurut temannya ini orang ini sudah bekerja ia lulusan UGM jogja dan sudah mencoba mengutarakan maksud untuk melamar kepada orang tua gadis itu.

Betapa hancur hatiku namun kucoba untuk tabah dan akan kucoba untuk melupakan semua yang telah terjadi dan menjalani mekanisme yang telah di tentukan oleh jamaah yang telah aku ikuti. Semoga Allah meneguhkan hatiku dan memberi kebahagiaan kepada semua orang yang aku sayangi.

Ini kali pertamanya aku menangisi kehidupanku karena seseorang yang tak pernah menganggap aku ada karena selama ini aku hanya sebagai angin lalu saja. Karena ternyata hati yang kuharapkan untuk memilihku tidak memilihku dan ternyata hati dan cinta itu milik orang lain.

Hancur semua harapan yang telah kubangun bertahun-tahun lamanya…………..

Namun tetap ku ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya karena telah memberi kesempatan untuk merasa memilikimu walau hanya ada dalam angan-anganku saja. Dan juga ku memohon maaf atas semua kesalahan yang telah aku perbuat selama ini.


bersabarlah wahai saudaraku atas kegundahan hatimu


melemahnya militansi

melemahnya militansi kadang datang tanpa kita sadari namun kadang juga kita sadari tapi kita hanya menganggap itu hal yang biasa saja...!!! melemahnya kualitas militansi seorang kader itu disebabkan beberapa hal, namun saat ini tidak usah diposting.
tulisan ini hanya ingin mengajak saudaraku yang berada dijalan ini untuk tetap istiqomah terhadap apa yang telah menjadi ketentuan dalam Risalah Pergerakan, apa yang telah kita capai saat ini jangan membuat kita terlena karena itu adalah sebuah cobaan.

kebanyakan dari kita memang kuat saat kita diberikan cobaan berupa kesulitan namun ketika cobaan itu berupa kesenangan terkadang kita lalai, hingga akhirnya terjerembab ke lubang hitam.
sekarang siapkan diri antum semua menghadapi perjuangan yang sangat keras kedepan.
memang jalan ini bukan jalan yang bertabur dengan bunga namun jalan ini adalah jalan yang bertabur dengan duri yang siap melumpuhkan siapa saja yang akan melaluinya, namun tetaplah bersabar dan istiqomahlah dalam perjuangan ini dan yakinlah syurga yang indah dengan setia menantimu.

Categories